Sabtu, 11 Februari 2012

HABIB HUSEIN BIN ABU BAKAR ALAYDRUS - LUAR BATANG



Masjid Keramanat Luar Batang
Masjid Keramat yang Ramai Dikunjungi Pada Jumat Kliwon
Selain menjalankan aktivitas seperti biasa, tak ada salahnya jika Anda berwisata ke tempat bersejarah religi bagi umat Muslim. Memperdalam ilmu rohani dengan mengunjungi Masjid Luar Batang, bangunan yang menjadi kejayaan Islam di Jakarta. Bahkan, banyak orang yang menganggap masjid itu punya "sesuatu" dan seolah dipercaya menjadi masjid keramat.
Ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk memperdalam ilmu rohani, salah satunya dengan wisata religi. Ada satu lagi tempat dan warisan bersejarah, yang sampai sekarang masih berdiri kokoh dan menjadi bukti kejayaan Islam di Jakarta. Masjid Luar Batang, yang kini usianya telah mencapai tiga abad lebih. Hingga kini, Masjid Luar Batang menjadi saksi peradaban Islam di daerah yang dahulunya bernama Sunda Kelapa. Seiring berjalannya waktu, masjid tersebut seolah menjadi masjid keramat yang hingga saat ini masih banyak dikunjungi masyarakat.

Cukup sulit untuk mencapai lokasi Masjid Luar Batang yang terletak di areal Makam Keramat Luar Batang di RT 01/03, Penjaringan, Jakarta Utara. Anda harus melalui beberapa gang sempit yang ada di kawasan itu, karena keberadaannya saat ini berada di Kampung Luar Batang yang menjorok ke dalam sebuah kampung dan menyatu di tengah-tengah pemukiman warga. Jika diamati dari Jalan Lodan, Masjid Luar Batang berada tepat di belakang Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara. Iya, menara tinggi Masjid Luar Batang akan menjadi petunjuk untuk menuntun kita sampai di lokasi masjid.
Sesampainya di Masjid Luar Batang, Anda akan disambut dua buah pancuran yang berfungsi sebagai tempat berwudhu berukuran besar dan bermotif unik yang terbuat dari pipa besi. Pipa besi itu tersambung dengan pipa lainnya yang berukuran lebih kecil dan memiliki beberapa kran yang berfungsi mengaliri air sebagai tempat berwudhu.

Masjid Luar Batang didirikan pada tahun 1735 oleh ulama muda asal Madhramaut, Yaman Selatan bernama Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus, yang jika dirunut silsilahnya masih keturunan Nabi Besar Muhammad SAW. Sebelum menjadi masjid, Masjid Luar Batang hanyalah sebuah musholla. Namun, seiring perjalanan waktu, dan semakin banyak masyarakat yang datang untuk memanjatkan doa, mushola itu kemudian diubah menjadi Masjid Luar Batang seperti keberadaannya saat ini. Hingga kini, Masjid Luar Batang telah dua kali mengalami renovasi.

Berlabuhnya Habin Husein bin Abu Bakar Alaydrus di pelabuhan Sunda Kelapa kala itu bersama-sama dengan para pedagang asal Gujarat, menjadi awal mula lembaran kehidupan di Kampung Luar Batang. Daerah kecil di pesisir laut Sunda Kelapa ini kemudian menjadi persinggahan Habib Husein pada tahun 1735. Di tahun itupula-lah, Habib Husein membangun sebuah mushola sebagai tempat peribadatan.
Di mushola itu, Habib Husein mulai berdakwah hingga akhir hayatnya yakni pada tahun 1756. Beliau, kemudian dimakamkan tepat di depan musholla. Setelah wafat aktifitas musholla tidak berakhir begitu saja. Dakwah dan syiar agama Islam kemudian dilanjutkan oleh murid-murid Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus. Bahkan, area tempat peribatan itu makin ramai dikunjungi peziarah yang datang ke makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus.

Saat itu, Belanda yang ingin menguasai kawasan Sunda Kelapa khawatir akan aktifitas jemaah di mushola tersebut yang kian hari peziarah yang datang ke makam Habib Husein semakin bertambah banyak. Belanda pun kemudian melarang pendatang untuk berziarah ke makam Habib Husein dan berniat memindahkan makam Habib Husein ke daerah Tanahabang.

Namun, usaha pemerintah kolonial Belanda sepertinya sia-sia lantaran selalu menemui kegagalan. Sebab, kurung batang jenazah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus tampak selalu kosong saat akan dilakukan pemindahan. Usaha pemindahan terus dilakukan oleh pemerintahan kolonial Belanda. Bahkan upaya pemindahan dilakukan sebanyak tiga kali, namun upaya itu selalu gagal. Akhirnya, Belanda pun memperbolehkan jenazah Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus dimakamkan di kawasan mushola tersebut.

Dari kisah inilah, nama mushola yang dibuat Habib Husein disebut-sebut sebagai mushola Luar Batang. Tapi sayang akibat renovasi, bentuk asli mushola tersebut kini sudah tidak dapat dijumpai lagi, meski beberapa perabot yang berada di masjid merupakan perabot asli saat Habib Husein masih hidup seperti beduk, tiang penyangga, dan atap yang terbuat dari bambu.

Junaidi, salah seorang pengurus Masjid Luar Batang menjelaskan, bangunan Masjid Luar Batang sudah bukan bangunan asli, karena telah beberapa kali mengalami renovasi. Hal itu dilakukan karena menyesuaikan fungsinya sebagai tempat berziarah yang banyak didatangi baik peziarah asal Jakarta maupun dari luar Jakarta.
Masjid Luar Batang, lanjut Junaidi, memang telah mengalami perubahan bentuk. Namun makam Habib Husein hingga saat ini terus dipertahankan keasliannya. "Cuma bedanya, dulu antara tempat peribadatan dengan tempat tinggal Habib yang sekarang menjadi makam keramat terpisah, tapi sekarang disambung dan jadi satu dengan masjid," kata Junaidi.

Kini, ruangan masjid terdiri dari tiga ruangan, yakni ruangan utama yang digunakan sebagai tempat shalat. Kemudian ruangan makam atau Keramat Luar Batang yang berada di sisi barat ruang utama dan aula di bagian depan masjid yang bersebelahan dengan ruang keramat atau makam Habib Husein.

Sementara di ruangan makam keramat terdapat dua makan, yakni makam Habib Husein dan makam Haji Abdul Khadir, seorang murid Habib Husein yang merupakan keturunan Tionghoa. "Selain masjid, makam keramat Habib Husein dan muridnya menjadi daya tarik para peziarah yang datang dari berbagai daerah," kata Andi, pengurus Makam Keramat Luar Batang.

1 komentar:

  1. asallamuallaikum.

    kalau boleh tau lokasi secara detailnya dmna tolong kasih tau saya..

    terima kasih sebelumnya.

    dari saya fazwin reza alaydrus

    BalasHapus